1 Des 2011

Budaya Rimpu


Rimpu merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima (Dou Mbojo). 

Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima ada. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam).
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima yang menggunakan sarung khas Bima (Tembe Nggoli). Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”katente” (menggulungkan sarung di pinggang). Sarung yang dipakai ini dalam kalangan masyarakat Bima dikenal sebagai Tembe Nggoli (Sarung Songket). Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima yang dikenal dengan Muna. Sementara sarung songket memiliki beberapa motif yang indah. Motif-motif sarung songket tersebut meliputi nggusu waru (bunga bersudut delapan), weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai), sarung nggoli (yang bahan bakunya memakai benang rayon).

Rimpu Mbojo Yang Hilang Dari Generasi Ke Generasi

Budaya Rimpu (Rimpu=Pakaian yang menyerupai Ninja dan di pakai sebagai kerudung dengan menggunakan sarung nggoli”) merupakan simbol yang yang selalu ada pada wanita bima saat dulu, hampir setiap kemana-mana “Rimpu tembe nggoli”selalu di kenakan oleh wanita bima jaman dulu hingga saya lahir dan kala saya masih kecil dan hidup di sebuah pedesaan di kabupaten bima saya sangat senang sekali dengan keadaan desa yang begitu damai tentram dan sejahtera. Hampir setiap hari saya jarang sekali melihat muka para kaum hawa (bukannya saya buta) tapi memang itulah jika menggunakan “Rimpu” hampir tidak ada bagian tubuhnya yang seksi kelihatan sama sekali ini semua dikarenakan mereka memakai cadar ala ninja atau kalau orang BIMA bilang Rimpu mbojo (sarung yang dipakai persis ninja) bukan seperti saat ini di bilang pakai baju tapi liuk-liuk tubuhnya yang paling sensitif malah keliatan dan ini yang menyebabkan banyaknya pemerkosaan terjadi. Dulu saya sangat senang sekali melihat semua ini sudah menjadi budaya bima karena kemana-mana mereka selalu memakainya.

Namun perjalanan Roda Jaman memang terlalu cepat berputar pengaruh modernisasi dan trend masa kini telah melanda daerah ku tercinta (BIMA) ini terlihat dari corak dan mode yang di pakai kaum hawa saat ini dan begitu juga modernisasi telah merubah hampir semua budaya yang ada di indonesia ini.saya seperti melihat suatu pemandangan yang luar biasa berubahnya karena di kota ini kaum hawa kelihatan seperti manusia yang tidak memakai baju karena liuk-liuk tubuhnya yang seksi kelihatan sangat jelas dan tentu saja ini bisa menimbulkan birahi kaum adam apalagi bagi si lelaki buaya ini merupakan lahan yang basah untuk di pelototi. Ini semua adalah korban dari keganasan jaman yang makin moderen dan dibarengi dengan si Pelaku yang tidak mau menyaring serta mengklarifikasi dulu apa ini baik atau tidak apa ini bertentangan dengan budaya atau tidak dan lebih dengan ketentuan agama. Namun ini semua telah terjadi dan budaya RIMPU tinggalah kenangan saja karena kaum hawa sekarang ini tidak lagi begitu mau mengikuti saran dan kata-kata orang tua kalau dilarang pasti di jawabnya seperti ini “ini kan jaman moderen kalau pakai rimpu tidak gaul gitu” inilah salah satu contoh yang bisa menyebabkan budaya itu runtuh karena anak cucu tidak mau mengikuti saran-saran dari orang tua atau dewasa..dan lebih kejamnya lagi karena pengaruh modernisasi bukan saja melanda kota yang baru saya tempati tapi udah merembes ke desa yang pernah saya tinggal dulu dan didesa hanya sebagian kaum hawa aja yang masih bertahan untuk memakai rimpu tersebut yaitu hanya ibu-ibu dan nenek-nenek saja. Melihat dari fenoma ini pengaruh modernisasi itu bisa masuk lewat:
1.Orang bule yang suka jalan pakai baju dalam aja
2.Karena kebanyakan nonton sinetron anak muda atau ABG
3.Karena tidak mau di bilang ketinggalan jaman
4.DLL
Dengan realita yang ada ini mampukah kita sebagai orang bima untuk mempertahankan kembali Budaya Rimpu yang pernah ada di daerah kita, karena ketika salah satu budaya telah mati atau hampir punah maka budaya-budaya dan kebiasaan lainnya pun akan hilang dengan sendirinya…Namun saya sangat berharap sekali Budaya-Budaya yang ada di Bima ada kembali dan di pertahankan. (http://www.lintasmbojo.com)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes